Selasa, 09 Agustus 2011

The Wonderful Profile of Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i Doktor Cilik Hafal dan Paham Al-Quran

Saat-Saat Menakjubkan di Dalam dan di Luar Negeri

Gedung bergaya Victoria itu berdiri dengan anggun diteduhi oleh pepohonan oak berusia tua. Suasana asri beralaskan rumput hijau dan bermandikan warna-warna pastel yang menghiasi gedung itu pastilah memberikan kesegaran pikiran kepada para siswa dan mahasiswa yang menuntut ilmu di dalamnya. Gedung itu adalah Hijaz College Islamic
University, terletak di jantung wilayah Kerajaan Inggris, sekitar 32 kilometer dari kota Birmingham. Di gedung itulah, pada bulan Februari 1998, seorang lelaki cilik berusia 7 tahun menjalani ujian doktoral. Lelaki cilik itu datang dari sebuah negeri yang sangat jauh, Negeri Persia. Di negerinya sendiri, dia sudah sangat terkenal sejak usianya baru 5 tahun.
Kini di sebuah negeri berperadaban Barat, lelaki cilik itu menjalani
ujian selama 210 menit, dalam 2 kali pertemuan. Ujian yang harus
dilaluinya meliputi 5 bidang : menghafal Al-Quran dan menerjemahkannya
ke dalam bahasa ibu, menerangkan topik ayat Al-Quran, menafsirkan dan
menerangkan ayat Al-Quran dengan menggunakan ayat lainnya dari
Al-Quran, bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran, dan
metode menerangkan makna Al-Quran dengan metode isyarat tangan. Di
sela-sela ujian, saat istirahat, dia bermain-main di halaman gedung,
layaknya seorang anak kecil berusia 7 tahun. Seorang doktor, salah
seorang anggota tim penguji, mendatangi lelaki ciliki itu untuk
mengeluhkan kepalanya yang terasa pusing. Si lelaki cilik bermata
bundar dengan bulu mata lentik itu memegang dahinya, membacakan doa,
lalu kembali bermain.
Setelah ujian selesai, tim penguji memberitahukan bahwa nilai yang
berhasil diraih lelaki cilik itu adalah 93. Menurut standar yang
ditetapkan Hijaz College Islamic University, peraih nilai 60-70 akan
diberi sertifikat diploma, 70-80 sarjana kehormatan, 80-90 magister
kehormatan, dan di atas 90 doktor kehormatan. Tepat pada tanggal 19
Februari 1998, lelaki cilik itu pun menerima ijazah Doktor Honoris
Causa dalam bidang "Science of The Retention of The Holy Quran".

Lelaki cilik itu bernama Sayyid Muhammad Husein Tabataba'I (gelar
Sayyid menunjukkan kalau dia keturunan Rasulullah SAW). Husein datang
ke Inggris 2 pekan sebelum akhirnya dia menerima ijazah Doktor Honoris
Causa itu. Selama 2 pekan itu, Husein diundang dalam berbagai acara
Qurani. Situs BBC online memberitakan bahwa sekitar 13.000 Muslim
Inggris datang menemui Husein di Islamic Centre yang berlokasi di
barat laut London. Dalam pertemuan-pertemuan itu, berbagai pertanyaan
diajukan kepadanya. Husein menjawab semuanya dengan lancar. Dia memang
sudah terbiasa dengan forum semacam itu sejak usianya masih 5 tahun.
Biasanya, hadirin akan menyebutkan potongan sebuah ayat dan bertanya,
"Ayat ini dimana letaknya dalam Al-Quran?" Atau, hadirin menyebutkan
makna/arti sebuah ayat dan menanyakan, "Apa bunyi ayat yang saya
maksudkan?". Sebagian yang lain menanyakan pertanyaan sederhana,
misalnya, "Engkau memiliki berapa orang paman?". Husein selalu
menjawab dengan menggunakan ayat Al-Quran sehingga pertanyaan tadi
dijawabnya dengan 2 ayat, "Sudah sampaikan kepadamu kisah Musa" (QS 79
: 15) dan "Muhammad itu adalah utusan Alloh" (QS 48 : 29). Yang
dimaksud Husein, dia memiliki 2 paman, 1 bernama Musa dan 1 lagi
bernama Muhammad.

Acara Penyambutan Sepulang dari Inggris
Setelah kembali dari Inggris, rumah keluarga Tabataba'i ramai
dikunjungi para tamu yang ingin memberikan selamat atas keberhasilan
Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i meraih gelar Doktor Honoris Causa.
Dalam pertemuan itu, lagi-lagi para hadirin menanyakan berbagai hal
kepada Husein. Berikut ini beberapa catatan dari Tanya jawab yang
terjadi pada saat itu.

Tanya (T) : Bagaimana ujian yang kamu lalui (di Inggris?)
Husein (H) : "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS.
Alam Nasyrah : 60
T : Apa tanggapan orang-orang di sana (Inggris) dalam acara-acara Qurani-mu?
H : "Mereka tertawa" (QS. Al-Muthaffifin : 34). [maksud Husein,
orang-orang di Inggris yang menemuinya merasa senang/gembira].
T : Jika kamu ditanya orang, 'buat apa engkau pergi datang ke
Inggris?' Apa jawabanmu?
H : "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu" (QS. Al-Maidah : 67) [yang dmaksud Husein adalah dia ke
inggris untuk menyampaikan ayat-ayat Al-Quran].
T : Engkau belum lulus SD, bagaimana mungkin bisa mendapat gelar Doktor?
H : "Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Alloh yang
diberikan-Nya kepada mereka" (QS. Ali-Imran : 1700 [maksudnya, semua
itu adalah karunia Alloh].
T : Bagaimana ilmu itu diajarkan?
H : "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjihad) untuk Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami" (QS.
Al-Ankabut : 69) [maksud Husein, bila manusia berusaha mencari dengan
sungguh-sungguh, maka Alloh akan membuka jalan ilmu baginya].
T : Kapan engkau akan menikah?
H : (sambil tersenyum) "Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur
baligh, maka hendaklah mereka meminta izin" (QS. An-Nur : 59) [maksud
Husein dia akan menikah jika umurnya sudah baligh].
T : Jika seseorang mendzalimi dan memukulmu, apa yang kaulakukan?
H : "Dan dalam qishash itu ada hidup bagimu" (QS. Al-Baqarah : 179).
[maksudnya, Husein akan membalas pukulan itu].
T : Apakah kamu pernah marah?
H : "Janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu" (QS. Al-Anfal : 46) [maksud Husein, dia
berusaha untuk tidak marah/tidak bertengkar].

Sejak usianya 5 tahun, wajah Husein yang innocent sering menghias
layar televisi Iran, serta tampil di berbagai koran dan majalah.
Foto-fotonya dijual di toko-toko buku, baik dalam bentuk poster atau
stiker. Di televisi, matanya yang bundar dan lebar, khas ras Persia,
selalu menatap kamera televisi dengan penuh percaya diri. Biasanya,
dia tampil mengenakan gamis (baju panjang hingga ke mata kaki) dan
dilapisi abaa (mantel hitam khas para ulama Iran). Dengan gaya bahasa
anak-anak dan sedikit cadel dia menjelaskan hukum-hukum Islam,
misalnya tentang kewajiban sholat. Tangannya pun turut digerakkan ke
udara, untuk memberi penekanan pada kalimat-kalimat tertentu. Secara
fasih dia mengutip ayat-ayat Al-Quran, dan langsung menerjemahkannya
ke dalam bahasa Persia, bahasa nasional Iran. Tata bahasa Persia yang
digunakannya untuk menerjemahkan ayat-ayat itu adalah tata bahasa yang
cenderung sastrawi dan menggunakan rima.
Selain tampil di televisi, Husein juga diundang dalam berbagai
majelis Qurani, baik di dalam maupun di luar negeri. Majelis Qurani
juga secara rutin diselenggarakan di rumah keluarga Tabataba'I setiap
Jumat sore dan orang-orang dari berbagai penjuru Iran berdatangan
untuk menemuinya. Seseorang bertanya kepadanya, "Bagaimana pendapatmu
tentang budaya Barat?". Husein menjawab, "(Mereka) menyia-nyiakan
sholat dan memperturutkan hawa nafsunya." (QS. Maryam : 59). Ada lagi
yang berkata, "Coba sebutkan ayat mengenai dirimu sendiri." Husein
menjawab, "Sesungguhnya aku dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak
dapat melihat" (QS. Al-Anfal : 48) [sambungan ayat ini :
"sesungguhnynya aku takut kepada Alloh"; yang dimaksud Husein adalah :
dia "melihat" Alloh dan dia takut pada-Nya].
Kemampuan Husein yang menakjubkan dalam menguasai ayat-ayat Al-Quran
membuat para hadirin di majelis-majelis Qurani terkagum-kagum. Dalam
sebuah majelis Qurani di sebuah masjid di London, para hadirin bahkan
berbaris panjang dan bergiliran menyalami tangan Husein dan
menciumnya. Sepulang dari Inggris, Husein ditanya orang, "Apa
tanggapan orang-orang di sana (Inggris)? Husein menjawab, "Mereka
tertawa (QS.A-Muthaffifin : 34)". [maksud Husein, orang-orang di
Inggris yang menemuinya itu merasa senang dan gembira].

Biarpun Doktor Tapi Tetap Anak Kecil
Meski sudah meraih gelar Doktor Honoris Causa, sifat-sifat anak kecil
masih tetap melekat dalam dirinya. Dalam kunjungannya ke Mekkah, dalam
sebuah majelis Qurani, Husein tertarik pada kabel mkrofon yang ada di
hadapannya. Dia berulang-ulang menarik-narik kabel itu dan akhirnya
mencopotnya hingga terlepas. Di lain kesempatan, dia menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari para hadirin sambil memainkan
mobil-mobilannya. Saat bermain bersama saudara-saudaranya pun, Husein
cilik juga menggumamkan ayat-ayat Al-Quran. Ketika menaiki
mobil-mobilannya, ia berkata, Mereka (duduk) di atas dipan-dipan
sambil memandang". (QS. Al-Muthaffifin : 23).
Husein mengaku, di tengah keluarganya, dia tidak diperlakukan
istimewa. Ketika ditanya, "Jika engkau berbuat kesalahan, apa sikap
ayahmu?". Husein menjawab, "Barang siapa yang mengerjakan keburukan,
niscaya akan diberi pembalasan dengan setimpal." (QS. An-Nisa : 123).
Seseorang juga pernah bertanya kepadanya, "Apa perbedaan antara engkau
dan saudara-saudaramu?". Husein menjawab, "Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun di antara mereka". (QS. Al-Baqarah : 136).
Husein terkadang juga bertengkar dengan saudara-saudaranya. Uniknya,
saat bertengkar pun, Husein mengucapkan ayat-ayat Al-Quran. Ketika
saudara laki-lakinya berusaha memukulnya, Husein segera berteriak
"Selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah
aku dari kaum yang dzalim". (QS. At-Tahrim : 11). Kejadian yang sama
pernah terulang, ketika saudara perempuannya juga hendak memukulnya.
Husein melarikan diri dari kejaran saudarinya itu, lalu terjatuh ke
lantai. Dia berteriak "Wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari
belakang". (QS. Yusuf : 25).
Namun, Husein kecil sudah mengerti masalah hijab. Suatu hari, dia dan
keluarganya diundang makan malam oleh sebuah keluarga. Dalam kebiasaan
sebagian orang Iran, acara jamuan makan malam dilakukan secara
terpisah antara laki-laki dan perempuan. Para bapak akan berkumpul di
satu ruangan, dan para ibu akan berkumpul di ruangan lain. Ketika
bosan duduk di ruangan bersama para bapak, Husein pun keluar ruangan
dan melihat-lihat ruangan lain di rumah itu. Tuan rumah
mempersilakannya masuk ke ruangan para ibu. Husein pun masuk sebentar
lalu segera keluar lagi dengan wajah kesal. Dia berkata kepada tuan
rumah, "Katakan kepada para perempuan itu agar menjaga hijab mereka."
Suatu hari, dalam sebuah jamuan makan, adik Husein, Baqir, nyeletuk,
"Aku ingin jadi pemimpin para ulama". Tak lama kemudian, Baqir
menyelonjorkan kakinya dan tanpa sengaja menendang piring buah (jamuan
makan dilaksanakan di atas karpet bukan di meja makan). Husein
menegur, "Kalau kamu ingin jadi pemimpin ulama, mengapa kamu tending
piring ini?"
Ayah Husein bertanya dengan bergurau, "Kamu kan sudah belajar fiqih
sedikit. Nah, apa hukumnya menendang piring?" Husein menjawab dengan
gurauan pula, "Tidak ada hukumnya, kan dia belum baligh" .
Masalah baligh ini pun sempat menjadi perdebatan antara Husein dan
seseorang ketika dia diundang ke Suriah. Seorang ibu merasa gemas pada
Husein kecil dan dia mendatangi Husein untuk menciumnya. Husein
berkata, "Jangan pegang aku." Tapi si ibu tetap mendekati Husein dan
menciumnya. Husein terlihat kesal. Seseorang berkata, "Tidak apa-apa,
kamu kan belum baligh, tidak apa-apa dicium perempuan bukan muhrim".
Husein menjawab, "Saya belum baligh, tapi kan dia sudah!".
Masih tentang masalah baligh. Suatu hari Husein dan ayahnya diundang
ke rumah seorang pejabat tinggi di sebuah Negara Teluk. Di
tengah-tengah percakapan di antara para hadirin laki-laki, tuan rumah
mempersilakan Husein pergi ke ruangan tempat para hadirin perempuan.
Husein pergi sebentar ke sana dan kembali lagi. Tuan rumah bertanya,
"Bagaiamana, engkau sudah melihat mereka (hadirin perempuan)?". Husein
menjawab, "Saya ke sana, tapi tidak melihat mereka [maksud Husein, dia
menundukkan pandangannya]". Tuan rumah kembali bertanya, "Apa engkau
mau kupilihkan seorang perempuan cantik di antara mereka untuk menjadi
istrimu?" Husein menjawab cerdas, "Ketika aku mencapai usia baligh,
mereka sudah menjadi perempuan-perempuan tua yang telah terhenti, yang
tiada ingin kawin". (QS. AN-Nur : 60). Husein berkali-kali ditanya
orang, mana yang lebih ia sayangi, ibu atau ayahnya. Sambilm melirik
ayahnya, dia pernah menjawab, "Tidak masuk kepada golongan ini dan
tidak kepada golongan itu". (QS. An-Nisa : 143). Maksudnya, dia tidak
condong kepada ayahnya, tidak pula kepada ibunya, baginya keduanya
sama-sama dicintainya. Namun di lain kesempatan, Husein pernah
menjawab, "Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam 2 tahun (QS. Luqman : 14).
Maksud Husein, dia lebih menyayangi ibunya.


Kunjungan ke Arab Saudi
Di Arab Saudi, selain menunaikan ibadah haji, Sayyid Muhammad Husein
Tabataba'i juga diundang hadir ke berbagai acara Qurani. Dalam
pertemuan dengan para qari Al-Quran asal Libanon, Husein diuji dengan
berbagai pertanyaan, di antaranya, "Apa pendapatmu tentang ulama?".
Husein menjawab, "Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama." (QS. Fathir : 28). Husein ditanya
lagi, "Jika engkau memiliki pertanyaan ilmiah, kepada siapa engkau
akan bertanya?". Husein menjawab, "Maka tanyakanlah olehmu kepada
orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Anbiya
: 7). Selanjutnya, berikut ini sebagian Tanya jawab yang terjadi pada
saat itu :
Tanya (T) : Apa pakaian yang kau sukai?
Husein (H) : "Pakaian takwa itulah yang paling baik (QS. Al-A'raf : 26)
T : Apa hadiah terbaik dari ayah kepada anaknya?
H : "Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama"
(QS. At-Taubah : 122) [maksud Husein, seorang ayah haruslah mendidik
anaknya di bidang agama sebaik mungkin].
T : Jika ayahmu marah, apa yang dia lakukan?
H : "Apabila mereka marah, mereka memberi maaf". (QS. Asy-Syura : 37)
T : Apakah engkau bersikap baik kepada ayah-ibumu?
H : "Kami Perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya". (QS. Al-Ahqaf : 15)
Suatu saat, Husein diundang makan malam oleh keluarga Kerajaan Arab
Saudi di sitana saudara Raja Fahd. Ketika memasuki istana yang sangat
megah itu, Husein berkali-kali berkomentar dengan menggunakan
ayat-ayat Al-Quran. "Kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu
naik ke langit". (QS. Al-Isra : 93), kata Husein. Ketika Husein
menatap sedemikian banyak makanan yang tersaji di atas meja makan, dia
berkata, "Di dalamnya (surga) terdapat segala apa yang diinginkan oleh
hati dan sedap mata" (QS. Az-Zukhruf : 71). Dalam jamuan makan itu,
beberapa ulama juga diundang hadir. Husein dengan polos berkata kepada
para ulama tersebut, "Bertakwalah kepada Alloh" (QS. Al-BAqarah :
282). Salah seorang ulama yang hadir, bernama Abdurrahman, menjawab,
"Dia menasihati kita. Menurut saya, sudah menjadi kehendak Alloh bahwa
kita dinasihati Allah melalui lidah anak ini."


Ketika Si Doktor Cilik itu Sudah Berusia 16 Tahun
Saat ini, Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i sudah berusia 16 tahun.
Dia kini sedang menuntut ilmu agama di hawzah (semacam institut agama
Islam negeri) di tingkat 8 (artinya setara dengan tahun akhir S1, bila
Husein lulus tingkat 8, dia berhak mendapatkan ijazah sarjana).
Pada tanggal 5 Oktober 2006 lalu, harian terkemuka Iran, Kayhan,
menurunkan wawancara eksklusif dengan Sayyid Muhammad Husein
Tabataba'i. Berikut petikan wawancaranya :
Kayhan (K) : Dimana engkau selama ini?
Husein (H) : Saya tidak kemana-aman, saya di sini, sibuk dengan pelajaran saya.
K : Sekarang, jika orang melihatmu di jalan, apa mereka mengenalimu?
H : Tidak, karena mereka ingat wajah saya ketika berusia 5-6 tahun.
Menurut saya, begini lebih baik. Ada yang bilang, "Dalam
ketidakterkenalan ada kenyamanan".
K : Sekarang, apa yang sedang engkau pelajari?
H : Saya tidak membatasi diri pada pelajaran tertentu, namun saya
lebih tertarik mempelajari buku-buku tentang akhlak dan agama.
K : Mengapa engkau tidak lagi muncul di televisi?
H : Sejak beberapa waktu lalu, program pelajaran saya semakin padat
dan saya sedikit sekali mempunyai waktu untuk kegiatan lain.
K : Selama ini apakah engkau juga pernah mengajar?
H : Ya, saya pernah menjadi pengajar juga.
K : Metode penghafalan Al-Quran yang muncul saat engkau kecil dulu
(metode isyarat), apakah saat ini cukup berkembang di masyarakat?
H : Prinsip menghafal Al-Quran sejak zaman dahulu hingga sekarang
tidak ada perubahan, yaitu dengan membaca dan mengulang, dengan
mendengar, atau dengan menulis. Namun metode atau cara mengajarkan di
kelas, akan terus mengalami perkembangan. Metode baru ini (metode
isyarat) Alhamdulillah sangat efektif. Dengan penuh penghormatan
kepada metode lama, saya menyambut segala bentuk metode baru.
K : Sebagian orang meyakini bahwa engkau di masa kecil tertekan
karena pada saat engkau seharusnya menikmati masa kecil malah
diharuskan mempelajari Al-Quran.
H : Ya, banyak yang mengira demikian, namun sama sekali tidak benar.
Saya cukup menikmati masa kecil saya. Saya masih ingat, dalam sebuah
majelis Qurani yang dihadiri kaum perempuan, saya menjawab
pertanyaan-pertanyaan mereka sambil bermain mobil-mobilan. Pada usia 8
tahun, saya dan teman-teman (mereka jumlahnya 50 orang) pergi kemping.
Pagi-pagi, setelah sholat Subuh, mereka smeua tidur dan saya mencoreng
muka mereka dengan arang. Ke-50 teman saya itu tidak tahu sampai
sekarang siapa yang membuat wajah mereka hitam (tersenyum).
K : Selama ini mengapa engkau menjauh dari masyarakat?
H : Saya tidak tahu apa yang Anda maksudkan dengan 'menjauh'. Saya
selalu berada di tengah masyarakat dan sering hadir dalam berbagai
acara Qurani di berbagai kota.
K : Apa definisi Al-Quran bagi seorang remaja?
H : Saya pikir, pandangan seorang remaja terhadap Al-Quran haruslah
seperti pandangannya terhadap minyak wangi. Ketika kita keluar rumah,
tentu kita selalu ingin wangi dan menggunakan minyak wangi. Kita juga
harus berusaha mengharumkan jiwa dengan membaca dan menghayati
AL-Quran. Seorang remaja harus menyimpan Al-Quran di dadanya supaya
sedikit demi sedikit perilaku dan pembicaraannya dipengaruhi oleh
Al-Quran.
K : Menurutmu, untuk mencapai hal seperti ini (pengenalan yang baik
terhadap Al-Quran di kalangan remaja), apa yang sudah dilakukan
(pemerintah/masyarakat)?
H : Menurut saya, hingga kini belum dilakukan langkah yang mendasar
terkait dengan Al-Quran, hanya terfokus pada kegiatan-kegiatan klise.
Saya tidak mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang selama ini sudah
dilakukan tidak baik, namun tidak cukup. Selama Al-Quran tidak menjadi
prioritas utama pemerintah dan masyarakat, AL-Quran tidak akan
bersemayam di hati para remaja. Kita berkewajiban menggunakan segala
fasilitas untuk memperkenalkan hakikat Al-Quran dan penerapannya dalam
kehidupan kepada masyarakat. Di antara fasilitas yang sangat
berpengaruh adalah melalui film dan telebisi. Namun, hal ini jangan
dilakukan hanya terbatas pada bulan Ramadhan saja. Salah satu tanda
akhir zaman adalah orang-orang tidak lagi beribadah kepada Alloh
selain di bulan Ramadhan.
K : Bukankah kita sudah memiliki stasiun radio Qurani dan satu
channel khusus Al-Quran?
H : Ya, saya pikir, salah satu berkah dari pemerintahan Islam adalah
berdirinya radio dan televisi Qurani ini. Namun, tidak berarti
channel-channel televisi dan stasiun radio yang lain tidak punya
kewajiban dalam memasyarakatkan Al-Quran, terutama channel 3 yang
dikhususkan untuk para muda.
K : Bagaimana dengan internet?
H : Internet memiliki sebuah "bahasa bersama" di dunia, karenanya,
internet merupakan sebuah jembatan komunikasi yang sangat tepat untuk
menyebarluaskan pemahaman agama. Kita juga harus memanfaatkan
fasilitas yang sangat kuat ini dengan semaksimal mungkin.
K : Bagaimana kalau saya mengajukan pertanyaan 1 kata?
H : Silakan
K : Sedih?
H : Orang yang selalu bersama Al-Quran tidak akan pernah merasa sedih.
K : Hawa nafsu?
H : Kita harus berhati-hati menghadapinya, terutama nafsu amarah.
K : Kematian?
H : Jembatan yang akan mengantarkan manusia baik ke surga
K : Dosa?
H : Api yang kalau pun hanya didekati saja, panasnya sudah sangat terasa
K : Pencerahan agama?
H : Kebangkitan agama
K : RAM215?
H : Salah satu bagian dari hardware computer
K : Saya tidak sangka engkau mengetahuinya
H : Oya?!
K : Internet?
H : Fasilitas terbaik untuk menyebarluaskan Islam
K : Menunggu?
H : Kerja dan aktivitas
K : Syahid?
H : Lilin
K : CInta?
H : Hati orang mukmin
K : Energi nuklir?
H : Hak semua bangsa
K : Olah raga?
H : Perlu bagi semua orang
K : Menonton sepakbola atau bermain?
H : Keduanya, saya menonton dan bermain sepakbola
K : Parameter kehidupan?
H : Rasulullah Sholalloohu 'Alayhi Wa Salam
K : Musik?
H : Saya mendengarkannya (sambil tertawa), tentu saja musik yang
terkait dengan Al-Quran.
K : Syair (puisi)?
H : Saya membacanya, tapi tidak terlalu
K : Gulestan-e Sa'di (buku syair karya penyair sufi Iran, Sa'di Shirazi)?
K : Kitab ketiga yang saya hafal (kitab pertama : Al-Quran).
K : Buku terakhir yang dibaca?
H : Akhlak dalam Al-Quran, karya Ayatullah Makarim Shirazi
K : Apa perbedaan antara Sayyid Muhammad Husein 10 tahun yang lalu
dengan hari ini?
H : Semakin banyak saya membaca dan semakin jauh saya berjalan, saya
semakin menemukan bahwa saya semakin "miskin" dan semakin
"membutuhkan".
K : Laa yukallifulloohu nafsan illaa wus 'ahaa (Alloh tidak akan
Membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya—Qs. Al-Baqarah
: 286).
H : Menurut saya, untuk mencapai tujuan dan kemajuan, kita harus
memandang bahwa kewajiban kita lebih besar daripada kemampuan yang
kita miliki).

Tumbuh Besar di Tengah Lantunan Al-Quran
Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i terlahir ke dunia pada tanggal 16
Februari 1991di kota Qom, sekitar 135 kilometer dari Teheran, ibukota
Iran. Husein adalah anak ketiga dari 6 bersaudara. Orangtua Husein
menikah ketika mereka masing-masing berusia 17 tahun dan setelah
menikah keduanya bersama-sama berusaha menghafal AL-Quran. Tekad itu
akhirnya tercapai 6 tahun kemudian, ketika mereka berhasil menghafal
30 juz Al-Quran. Dalam proses menghafal Al-Quran itu, kedua orangtua
Husein membentuk kelompok khusus penghafalan AL-Quran. Dalam kelompok
itu, secara teratur dan terprogram, orangtua Husein dan rekan-rekan
mereka yang juga berkeinginan untuk menghafal Al-Quran bersama-sama
mengulang hafalan, mengevaluasi, dan menambah hafalan. Orangtua Husein
juga mendirikan kelas-kelas pelajaran Al-Quran yang diikuti oleh para
pecinta Al-Quran.
Seiring dengan kegiatan belajar dan mengajar Al-Quran orangtuanya
itulah, Husein dan saudara-saudarinya tumbuh besar. Husein pun sejak
kecil selalu diajak ibunya untuk menghadiri kelas-kelas Al-Quran.
Meskipun di kelas-kelas itu Husein hanya duduk mendengarkan, namun
ternyata dia menyerap isi pelajaran. Pada usia 2 tahun 4 bulan, Husein
sudah menghafal juz ke-30 (juz'amma) secara otodidak, hasil dari
rutinitasnya mengikuti aktivitas ibunya yang menjadi penghafal dan
pengajar Al-Quran, serta aktivitas kakak-kakaknya dalam
mengulang-ulang hafalan mereka. Melihat bakat istimewa Husein, ayahnya
(Sayyid Muhammad Mahdi Tabataba'i) pun secara serius mengajarkan
hafalan Quran juz ke-29. Dalam proses belajar, ayah Husein biasa
memberikan hadiah sebagai pembangkit semangat, misalnya, "Jika kamu
berhasil menghafal surat ini, ayah akan memberimu hadiah."
Setelah Husein berhasil menghafal juz ke-29, dia mulai diajari
hafalan juz pertama oleh ayahnya. Awalnya, ayahnya menggunakan metode
biasa, yaitu dengan membacakan ayat-ayat yang harus dihafal, biasanya
setengah halaman dalam sehari dan setiap pecan, jumlah hafalan pun
ditingkatkan. Namun, tak lama kemudian, ayah Husein menyadari bahwa
metode seperti ini memiliki 2 persoalan. Pertama, ketidakmampuan
Husein Tabataba'i untuk membaca Al-Quran, membuatnya sangat tergantung
kepada ayahnya dalam usaha mengulang-ulang ayat-ayat yang sudah
dihafal. Kedua, metode penghafalan Al-Quran secara konvensional ini
sangat 'kering' dan tidak cocok bagi psikologis anak usia balita.
Selain itu, Husein tidak bisa memahami dengan baik makna ayat-ayat
yang dihafalkannya karena banyak konsep-konsep yang abstrak, yang
sulit dipahami anak balita.
Untuk menyelesaikan persoalan pertama, Husein pun mulai diajari
membaca Al-Quran, agar dia bisa mengecek sendiri hafalannya. Untuk
menyelesaikan persoalan kedua, ayah Husein menciptakan metode sendiri
untuk mengajarkan makna ayat-ayat Al-Quran, yaitu dengan menggunakan
isyarat tangan. Misalnya, kata Alloh, tangan menunjuk ke atas, kata
yuhibbu (mencintai), tangan seperti memeluk sesuatu, kata sulh
(berdamai), dua tangan saling berpegangan. Ayah Husein biasanya akan
menceritakan makna suatu ayat secara keseluruhan dengan bahasa
sederhana kepada Husein kemudian dia akan mengucapkan ayat itu sambil
melakukan gerakan-gerakan tangan yang mengisyaratkan makna ayat.
Metode isyarat ini ternyata semakin hari, semakin menarik perhatian
Husein. Setelah beberapa waktu berlalu, Husein semakin lancar memahami
makna isyarat tangan yang diperagakan ayahnya. Setiap kali ayahnya
membuat isyarat dengan tangan atau suatu ayat, Husein dengan cepat
mengucapkan ayat yang dimaksudkan ayahnya itu. Metode ini sedemikian
berpengaruhnya pada kemajuan Husein dalam menguasai ayat-ayat
Al-Quran, sehingga dengan mudah dia mampu menerjemahkan ayat-ayat itu
ke dalam bahasa Persia (bahasa sehari-hari orang Iran) dan mampu
menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapan sehari-hari.
Ayahanda Husein menceritakan, "Sebelum kelahiran Muhammad Husein,
saya dan ibunya bertekad untuk menghafal Al-Quran bersama-sama. Selama
hamil dan menyusui, ibunya dalam sehari membaca minimal 1 juz
Al-Quran". Para ahli psikologi juga menyatakan bahwa jika pada masa
kehamilan ibu memperdengarkan musik atau membacakan buku, akan memberi
pengaruh positif bagi anak. Tentu saja membacakan Al-Quran kepada bayi
pasti akan memberikan pengaruh positif yang lebih besar lagi mengingat
bahwa Al-Quran adalah kalam Ilahi dan petunjuk hidup yang paling
sempurna.
Ayahanda Husein mengenang, "Suatu saat, beberapa dokter datang ke
rumah kami untuk menemui Husein. Mereka mengatakan, 'Menurut teori,
bayi dalam perut ibu sejak 5 bulan sudah bisa mendengarkan suara ibu.
Karena itu jika ibu dalam masa kehamilan dan menyusui secara teratur
membacakan hal-hal khusus kepada anak, misalnya ayat Al-Quran, syair,
atau lagu, maka ketika anak itu mencapai usia belajr, dia akan mampu
mempelajari hal-hal yang didengarnya di waktu janin/bayi itu beberapa
kali lebih cepat daripada anak lainnya. Kami meyakini, cepatnya
kemampuan anak Anda dalam mempelajari Al-Quran adalah pengaruh dari
kegiatan ibunya membacakan Al-Quran ketika masa kehamilan'.
Ketika ditanyakan kepadanya apakah Husein anak yang sitimewa,
ayahanda Husein menjawab, "Setiap anak bisa saja dididik untuk
memiliki kemampuan seperti Husein. Namun, tentu saja, pra-kondisi dan
kondisinya haruslah lengkap. Misalnya, sebagaimana pernah saya
ceritakan, sejak sebelum masa kehamilan saya dan ibunda Husein sudah
mulai menghafalkan Al-Quran. Selama masa kehamilan dan menyusui,
ibunda Husein juga teratur membacakan Al-Quran untuk Husein. Begitu
pula, sejak kecil, Husein sudah dibesarkan dalam lingkungan yang cinta
Al-Quran. Selain itu, keberadaan seorang guru yang menguasai Al-Quran
dan tafsirnya, serta penuh kasih sayang, juga berperan dalam
mengembangkan kemampuan seorang anak di bidang Al-Quran. Sangat
mungkin banyak anak-anak lain yang sebenarnya memiliki kemampuan
seperti Husein, namun karena ketiadaan guru yang baik, potensinya
terabaikan begitu saja."
Pada kesempatan lain, ayahanda Husein pernah mengatakan, "Bila
orangtua menginginkan anaknya menjadi pecinta Al-Quran dan lebih lagi,
menghafal Al-Quran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah, si
orangtua terlebih dahulu juga mencintai Al-Quran dan rajin membaca
Al-Quran di rumah. Husein sejak matanya bisa menatap dunia, telah
melihat Al-Quran, mendengarkan suara bacaan Al-Quran, dan akhirnya
menjadi akarab dengan Al-Quran."

Penuturan Ibunda Husein
Ibunda Husein pernah menuturkan sebagai berikut, "Selama masa
kehamilan, saya selalu berdoa kepada Alloh agar dikaruniai anak yang
saleh dan pintar. Ketika Husein lahir, saya selalu berwudhu dulu
sebelum menyusuinya. Saya juga sangat rajin pergi ke masjid dan
membaca Al-Quran. Pendidikan anak harus dilakukan jauh sebelum anak
lahir, dengan cara mencari pasangan yang berasal dari keturunan yang
baik. Saya selama hamil selalu berusaha menghafal, membaca, dan
memahami Al-Quran. Ketika saya sedang menyusuinya, saya juga selalu
membacakan Al-Quran untuknya. Saya juga mengajaknya ke kelas-kelas
Al-Quran dimana saya menjadi pengajarnya. Saya meyakini bahwa semua
kegiatan saya yang terkait dengan Al-Quran telah memberi pengaruh
besar kepada Husein. Selain itu, saya juga menjauhi acara-acara yang
diisi dengan musik tidak islami, bercampur baur antara laki-laki dan
perempuan, atau berbagai bentuk perilaku tidak islami lainnya.
Perilaku-perilaku yang tidak islami akan mengeraskan hati kita."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar